Semangat Dan Pelita Kehidupan
“janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu
menyala-nyala dan layanilah Tuhan” (Roma 12:11)
Pada waktu musim hujan, bagi kita yang
hidup di indonesia, tidak heran kalau listrik padam. Beruntung kalau rumah dan
tempat kerja anda memiliki genset. Jika tidak, coba bayangkan jika anda sedang
ke salon, rambut sedang dicuci dan penuh dengan shampoo, lalu listrik padam.
Aliran air yang dihubungkan dengan pompa otomatis mati. Padahal sebentar lagi
anda harus bersiap pergi ke pesta pernikahan saudara. Listrik merupakan bagian
penting dalam kehidupan manusia modern saat ini. Demikian halnya, dengan
semangat yang membuat kehidupan menjadi bergairah.
Seorang wanita muda menderita penyakit
kanker yang mematikan. Berbagai upaya sudah dilakukan, namun kondisi wanita ini
semakin hari semakin merosot. Dokter mengatakan bahwa bukan hanya pengobatan
yang intensif yang dapat menyembuhkan dan menyelamatkan wanita ini, tapi juga
untuk hidup dari dalam diri wanita ini. Keluarga dan sahabat-sahabatnya
memberikan semangat untuk untuk tetap bertahan berjuang melawan penyakitnya.
Namun, nampaknya wanita ini sudah tidak memiliki semangat untuk hidup.
Bersamaan dengan musim panas yang berlalu, musim gugur pun tiba. Daun-daun dan
bunga-bunga berguguran. Sambil memandang ke jendela, di ranjang tempat dia
berbaring, ia berkata: “Lihatlah pohon diluar jendela, daun-daunnya berguguran.
Aku yakin, bersamaan dengan gugurnya bunga yang terakhir pada pohon tersebut,
aku pun akan mati”. Keluarga dan teman-temannya sangat sedih mendengarnya.
Semangat didalam diri wanita muda ini telah patah. Hari demi hari, ia memandang
ke luar jendela, menunggu bunga demi bunga berguguran. Dan memang itu terjadi,
sampai pada suatu saat, ia menunggu sekuncup bunga yang terakhir untuk gugur.
Ia yakin bersamaan dengan gugurnya bunga yang terakhir, ia pun akan mati. Ia
menunggu dari hari ke hari, namun bunga tersebut tetap tegar pada dahannya.
Setiap bangun tidur, ia memandang ke jendela dan menanti gugurnya bunga
tersebut, tapi tidak terjadi. Ia menunggu keesokan harinya, mungkin hari ini
bunga akan gugur, namun tidak juga gugur. Lambat laun semagtnya mulai bangkit.
Ia merasa, bunga ini saja dapat bertahan seakan tidak merelakan kematiannya. Ia
mulai berseru dan berdoa dengan sungguh-sungguh agar Tuhan menjamaah dan
menyembuhkannya.
Dan, mujizat terjadi. Wanita ini
dinyatakan sembuh oleh dokter dan diijinkan pulang ke rumahnya. Beberapa saat
setelah istirahat dirumah, ia minta diantar teman-temannya pergi ke rumah sakit
untuk melihat keaadan sekuntum bunga yang tetap tegar pada musim gugur. Sangat
terkejut melihat bunga itu tidak ada pada tempatnya. Bergegas ia minta ijin
masuk ke kamar, tempat ia dulu dirawat. Di jendela, di tepi ranjang tempat ia
biasa berbaring, ia melihat sekuntum bunga yang tetap tumbuh.dilihatnya dengan
lebih seksama, dan ia mengis menahan haru. Rupa-rupanya teman-temannya
diam-diam melukis dari luar jendela sekuntum bunga yang persis, seakan-akan
masih menempel pada dahannya. Mereka begitu mengasihi sahabatnya yang
kehilangan semangat untuk hidup, dan berharap melalui sekuntum bunga yang tetap
‘hidup’ ini, semangatnya dipulihkan. Dan itu
terjadi, Tuhan mendengar doa keluarga dan sahabat-sahabatnya. ‘Sekuntum bunga’
yang dilukis dengan kasih dihidupkan oleh Tuhan dan membangkitkan semangatnya
untuk tetap hidup.
saudara,
apakah saat ini anda sedang kehilangan semangat hidup? Karena masalah dengan
suami, isteri,
anak orang tua, mertua, saudara,
sahabat, keuangan, pekerjaan, pelayanan, kesehatan, atau masalah lainnya? Ayat
dalam Roma 12:11 mengajak kita untuk tetap bersemangat.
Pertama,
lakukan segala sesuatu dengan rajin. Secara rohani: berdoa, bersekutu
dengan Tuhan, membaca Firman-Nya, pergi ke gereja beribadah. Jangan kendor:
“janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti
dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasehati, dan semakin giat melakukannya,
menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibrani 10:25). Secara jiwani: rajinlah
berbuat baik, melepaskan pengampunan dan berkat bagi yang menyakiti, rajinlah
memuji Tuhan, menarik kekuatan ilahi dan kedamaian sejati dari surga. Secara jasmani:
lakukanlah pekerjaan apapun, sekecil apapun
dengan rajin dan sungguh-sungguh seperti untuk Tuhan: pekerjaan rumah
tangga yang rutin-memasak, menjemput anak sekolah, menunggui anak belajar dan
lain lain. Lakukanlah segala sesuatu dengan rajin karena menyadari hidup adalah
kasih karunia Allah ( 1 kor. 15:10).
Kisah diatas mengajarkan kita, bagaimana sahabat-sahabat yang rajin berbuat
dapat membangkitkan semangat.
Kedua, upayakan roh jangan padam. Bara api jika mau tetap menyala, harus
membaur bersama bara-bara lainnya yang menyala. Jika terpisah sendiri atau
bergabung bersama dengan bara yang dingin, maka lambat-laun pasti mati. Selain
saat teduh dan persekutuan dengan Tuhan, maka dibutuhkan persekutuan kita
dengan saudara-saudara seiman yang dapat membuat roh kita tetap menyala-nyala.
Orang-orang percaya yang dimenangkan dalam KKR yang dipimpin Petrus (KPR
2:37-40) berkumpul dan bertekun dalam pengajaran, dalam persekutuan dan selalu
berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (KPR 2:42). Hasilnya, roh mereka
semakin kuat, disukai semua orang dan Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang
yang diselamatkan (ay. 47).
Ketiga, layanilah Tuhan. Orang kristen tidak mungkin bisa
mempertahankan semangat kekristenannya, jika pasif dan tidak melayani Tuhan.
Melayani Tuhan bisa dilakukan dimana saja, asal dilakukan dengan
sungguh-sungguh dan jangan lari dari tanggungjawab. Jika Tuhan menghendaki Anda
melayani di gereja, lakukanlah dengan segenap hati tanpa bersungut-sungut. Jika
Dia menemptkan Anda ditempat lain, misal: panti asuhan, orang-orang sakit, desa-desa, dan lain-lain, lakukan
juga dengan penuh semangat. Upahnya sama.