Kamis, 14 September 2017

SEMANGAT DAN PELITA KEHIDUPAN

Semangat Dan Pelita Kehidupan

“janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan”   (Roma 12:11)



        Pada waktu musim hujan, bagi kita yang hidup di indonesia, tidak heran kalau listrik padam. Beruntung kalau rumah dan tempat kerja anda memiliki genset. Jika tidak, coba bayangkan jika anda sedang ke salon, rambut sedang dicuci dan penuh dengan shampoo, lalu listrik padam. Aliran air yang dihubungkan dengan pompa otomatis mati. Padahal sebentar lagi anda harus bersiap pergi ke pesta pernikahan saudara. Listrik merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia modern saat ini. Demikian halnya, dengan semangat yang membuat kehidupan menjadi bergairah.
        Seorang wanita muda menderita penyakit kanker yang mematikan. Berbagai upaya sudah dilakukan, namun kondisi wanita ini semakin hari semakin merosot. Dokter mengatakan bahwa bukan hanya pengobatan yang intensif yang dapat menyembuhkan dan menyelamatkan wanita ini, tapi juga untuk hidup dari dalam diri wanita ini. Keluarga dan sahabat-sahabatnya memberikan semangat untuk untuk tetap bertahan berjuang melawan penyakitnya. Namun, nampaknya wanita ini sudah tidak memiliki semangat untuk hidup. Bersamaan dengan musim panas yang berlalu, musim gugur pun tiba. Daun-daun dan bunga-bunga berguguran. Sambil memandang ke jendela, di ranjang tempat dia berbaring, ia berkata: “Lihatlah pohon diluar jendela, daun-daunnya berguguran. Aku yakin, bersamaan dengan gugurnya bunga yang terakhir pada pohon tersebut, aku pun akan mati”. Keluarga dan teman-temannya sangat sedih mendengarnya. Semangat didalam diri wanita muda ini telah patah. Hari demi hari, ia memandang ke luar jendela, menunggu bunga demi bunga berguguran. Dan memang itu terjadi, sampai pada suatu saat, ia menunggu sekuncup bunga yang terakhir untuk gugur. Ia yakin bersamaan dengan gugurnya bunga yang terakhir, ia pun akan mati. Ia menunggu dari hari ke hari, namun bunga tersebut tetap tegar pada dahannya. Setiap bangun tidur, ia memandang ke jendela dan menanti gugurnya bunga tersebut, tapi tidak terjadi. Ia menunggu keesokan harinya, mungkin hari ini bunga akan gugur, namun tidak juga gugur. Lambat laun semagtnya mulai bangkit. Ia merasa, bunga ini saja dapat bertahan seakan tidak merelakan kematiannya. Ia mulai berseru dan berdoa dengan sungguh-sungguh agar Tuhan menjamaah dan menyembuhkannya.
       Dan, mujizat terjadi. Wanita ini dinyatakan sembuh oleh dokter dan diijinkan pulang ke rumahnya. Beberapa saat setelah istirahat dirumah, ia minta diantar teman-temannya pergi ke rumah sakit untuk melihat keaadan sekuntum bunga yang tetap tegar pada musim gugur. Sangat terkejut melihat bunga itu tidak ada pada tempatnya. Bergegas ia minta ijin masuk ke kamar, tempat ia dulu dirawat. Di jendela, di tepi ranjang tempat ia biasa berbaring, ia melihat sekuntum bunga yang tetap tumbuh.dilihatnya dengan lebih seksama, dan ia mengis menahan haru. Rupa-rupanya teman-temannya diam-diam melukis dari luar jendela sekuntum bunga yang persis, seakan-akan masih menempel pada dahannya. Mereka begitu mengasihi sahabatnya yang kehilangan semangat untuk hidup, dan berharap melalui sekuntum bunga yang tetap ‘hidup’ ini, semangatnya dipulihkan. Dan itu terjadi, Tuhan mendengar doa keluarga dan sahabat-sahabatnya. ‘Sekuntum bunga’ yang dilukis dengan kasih dihidupkan oleh Tuhan dan membangkitkan semangatnya untuk tetap hidup.
        saudara, apakah saat ini anda sedang kehilangan semangat hidup? Karena masalah dengan suami, isteri, anak orang tua, mertua, saudara, sahabat, keuangan, pekerjaan, pelayanan, kesehatan, atau masalah lainnya? Ayat dalam Roma 12:11 mengajak kita untuk tetap bersemangat.
       Pertama, lakukan segala sesuatu dengan rajin. Secara rohani: berdoa, bersekutu dengan Tuhan, membaca Firman-Nya, pergi ke gereja beribadah. Jangan kendor: “janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasehati, dan semakin giat melakukannya, menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibrani 10:25). Secara jiwani: rajinlah berbuat baik, melepaskan pengampunan dan berkat bagi yang menyakiti, rajinlah memuji Tuhan, menarik kekuatan ilahi dan kedamaian sejati dari surga. Secara jasmani: lakukanlah pekerjaan apapun, sekecil apapun  dengan rajin dan sungguh-sungguh seperti untuk Tuhan: pekerjaan rumah tangga yang rutin-memasak, menjemput anak sekolah, menunggui anak belajar dan lain lain. Lakukanlah segala sesuatu dengan rajin karena menyadari hidup adalah kasih karunia Allah  ( 1 kor. 15:10). Kisah diatas mengajarkan kita, bagaimana sahabat-sahabat yang rajin berbuat dapat membangkitkan semangat.
       Kedua, upayakan roh jangan padam. Bara api jika mau tetap menyala, harus membaur bersama bara-bara lainnya yang menyala. Jika terpisah sendiri atau bergabung bersama dengan bara yang dingin, maka lambat-laun pasti mati. Selain saat teduh dan persekutuan dengan Tuhan, maka dibutuhkan persekutuan kita dengan saudara-saudara seiman yang dapat membuat roh kita tetap menyala-nyala. Orang-orang percaya yang dimenangkan dalam KKR yang dipimpin Petrus (KPR 2:37-40) berkumpul dan bertekun dalam pengajaran, dalam persekutuan dan selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (KPR 2:42). Hasilnya, roh mereka semakin kuat, disukai semua orang dan Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (ay. 47).

       Ketiga, layanilah Tuhan. Orang kristen tidak mungkin bisa mempertahankan semangat kekristenannya, jika pasif dan tidak melayani Tuhan. Melayani Tuhan bisa dilakukan dimana saja, asal dilakukan dengan sungguh-sungguh dan jangan lari dari tanggungjawab. Jika Tuhan menghendaki Anda melayani di gereja, lakukanlah dengan segenap hati tanpa bersungut-sungut. Jika Dia menemptkan Anda ditempat lain, misal: panti asuhan, orang-orang sakit, desa-desa, dan lain-lain, lakukan juga dengan penuh semangat. Upahnya sama.

TIDAK ADA MOBIL SEHAT DI BENGKEL


Tidak Ada Mobil Sehat di Bengkel

           Selama beberapa tahun berjemaat disebuah gereja, saya merasa sangat nyaman meskipun saya tahu bahwa tidak ada 20% jemaat di gereja saya tersebut yang tahu nama saya. Bahkan saya bisa menghitung dengan jari siapa saja yang mau mengajak saya bicara. Mungkin jika saya tipe orang ‘Kristen aneh’ maka saya akan pindah dari satu gereja ke gereja lain hingga saya menemukan gereja yang ‘sempurna’ buat saya.
           Seorang teman saya pernah bercerita kepada saya betapa sedihnya dia ketika ia merasa tidak dipedulikan di gereja dimana ia berjemaat. Hanya sekitar lima orang jemaat saja yng mengajaknya bicara, bahkan selama dua tahun berjemaat tidak ada satupun penatua atau pendeta yang mengajaknya ngobrol selain berjabat tangan, mengatakan syallom dan melempar senyuman. Ia terkadang berharap ada pertanyaan dari penatua atau pendeta dimana ia berjemaat, “Gimana pekerjaan kamu?” atau “Apa kabar keluarga kamu?” Tapi ia rasa semua itu nustahil, krena tidak satupun dari penatua atau pendetanya yang mengetahui bahwa ia tidak punya pekerjaan karena perusahaan dimana ia bekerja dulu bangkrut. Mereka juga tidak tahu jika ia tidak memiliki keluarga selain teman dekat yang selalu membantunya.
          SAUDARA, gereja bagaikan bengkel. Di sana kita akan menemukan mobil-mobil rusak yang perlu diperbaiki. Jadi, jangan pernah berharap kita bisa melihat mobil ‘sehat’ atau mobil yang dalam kondisi sempurna di sebuah bengkel. Ada banyak orang yang datang ke gereja karena mereka membutuhkan tangan Tuhan untuk memperbaiki hidup mereka, meskipun ada beberapa orang yang datang hanya sekadar menjalankan rutinitas. Namun, marilah kita melihat sisi positifnya. Jika memang kita datang beribadah dan kelihatannya tidak ada yang memedulikan kita, pikirkanlah bahwa mereka juga butuh dipedulikan. Pandang saja kepada Tuhan dan percayakan segala sesuatu kepada-Nya. Minta dia untuk memperbaiki hidup kita dan hidup jemaat lainnya. Firman Tuhan berkata, jagalahhatimu dengan segala kewaspadaan,karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Jangan terlalu cepat tersinggung dan menilai negatif segala sesuatu.
          Ketika kita datang kepada Tuhan, maka kita sama seperti mobil yang rusak yang hendak masuk bengkel dan mengandalkan keahlian sang montir untuk memperbaiki segala kerusakan yang ada. Jika perlu, sang montir mampu menjadikan mobil itu lebih baik dari yang sebelumnya. Kita dan jemaat lain juga datang kepada Tuhan untuk dibentuk menjadi lebih baik, jadi jangan berharap 100% jika jemaat lain mampu bersikap ‘sempurna’ seperti yang kita mau. Penatua atau pendeta juga demikian. Mereka bukan montir, tetapi asisten montir yang juga sedang belajar. Jadi jangan berharap bahwa sang asisten mampu melakukan pekerjan yang hebat seperti sang montir yang ahli. Penatua dan pendeta juga tidak sempurna.

        SAUDARA, jika ada diantara kita yang saat ini kecewa karena gereja, jemaat, penatua, atau pendeta, datanglah kepada Tuhan dan minta pengampunan. Kita telah melakukan kesalahan besar karena kita berharap manusia mampu melakukan hal yang sempurna seperti yang bisa dilakukan oleh Tuhan. Minta ampun karena kita telah berharap dan fokus pada perbuatan manusia. Kita tidak fokus kepada Tuhan. Yang berbuat kekhilafan manusia, malah Tuhan yang kita salahkan dengan meninggalkan dia, Yeremia 17:5 dengan jelas mengatakan “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia....” jika seorang pemilik mobil mempercayakan mobilnya yang rusak kepada asisten montir atau montir trainee lainya, maka ia harus siap menerima resiko rasa kecewa dan ketidakpuasan. Demikian pula kita, jika kita berharap bahwa orang-orang  di dalam gereja bisa melakukan ‘lebih’ buat kita, maka kita keliru. Kita datang ke gereja untuk menemui Tuhan dan memintanya untuk memperbaiki hidup kita, jemaat digereja kita , dan juga penatua serta pendeta di tempat kita beribadah. Jika kita mampu melakukan hal ini, maka kita tidak akan ada lagi sakit hati, kecewa, atau kepahitan karena sikap jemaat, penatua, atau hamba Tuhan.