Tidak Ada Mobil Sehat di Bengkel
Selama
beberapa tahun berjemaat disebuah gereja, saya merasa sangat nyaman meskipun
saya tahu bahwa tidak ada 20% jemaat di gereja saya tersebut yang tahu nama
saya. Bahkan saya bisa menghitung dengan jari siapa saja yang mau mengajak saya
bicara. Mungkin jika saya tipe orang ‘Kristen aneh’ maka saya akan pindah dari
satu gereja ke gereja lain hingga saya menemukan gereja yang ‘sempurna’ buat
saya.
Seorang teman saya pernah bercerita
kepada saya betapa sedihnya dia ketika ia merasa tidak dipedulikan di gereja
dimana ia berjemaat. Hanya sekitar lima orang jemaat saja yng mengajaknya
bicara, bahkan selama dua tahun berjemaat tidak ada satupun penatua atau
pendeta yang mengajaknya ngobrol selain berjabat tangan, mengatakan syallom dan
melempar senyuman. Ia terkadang berharap ada pertanyaan dari penatua atau
pendeta dimana ia berjemaat, “Gimana pekerjaan kamu?” atau “Apa kabar keluarga
kamu?” Tapi ia rasa semua itu nustahil, krena tidak satupun dari penatua atau
pendetanya yang mengetahui bahwa ia tidak punya pekerjaan karena perusahaan
dimana ia bekerja dulu bangkrut. Mereka juga tidak tahu jika ia tidak memiliki
keluarga selain teman dekat yang selalu membantunya.
SAUDARA, gereja bagaikan bengkel.
Di sana kita akan menemukan mobil-mobil rusak yang perlu diperbaiki. Jadi,
jangan pernah berharap kita bisa melihat mobil ‘sehat’ atau mobil yang dalam
kondisi sempurna di sebuah bengkel. Ada banyak orang yang datang ke gereja
karena mereka membutuhkan tangan Tuhan untuk memperbaiki hidup mereka, meskipun
ada beberapa orang yang datang hanya sekadar menjalankan rutinitas. Namun,
marilah kita melihat sisi positifnya. Jika memang kita datang beribadah dan
kelihatannya tidak ada yang memedulikan kita, pikirkanlah bahwa mereka juga
butuh dipedulikan. Pandang saja kepada Tuhan dan percayakan segala sesuatu
kepada-Nya. Minta dia untuk memperbaiki hidup kita dan hidup jemaat lainnya.
Firman Tuhan berkata, jagalahhatimu dengan segala kewaspadaan,karena dari
situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Jangan terlalu cepat tersinggung dan
menilai negatif segala sesuatu.
Ketika kita datang kepada Tuhan, maka
kita sama seperti mobil yang rusak yang hendak masuk bengkel dan mengandalkan
keahlian sang montir untuk memperbaiki segala kerusakan yang ada. Jika perlu,
sang montir mampu menjadikan mobil itu lebih baik dari yang sebelumnya. Kita
dan jemaat lain juga datang kepada Tuhan untuk dibentuk menjadi lebih baik,
jadi jangan berharap 100% jika jemaat lain mampu bersikap ‘sempurna’ seperti yang
kita mau. Penatua atau pendeta juga demikian. Mereka bukan montir, tetapi
asisten montir yang juga sedang belajar. Jadi jangan berharap bahwa sang
asisten mampu melakukan pekerjan yang hebat seperti sang montir yang ahli.
Penatua dan pendeta juga tidak sempurna.
SAUDARA, jika ada diantara kita yang
saat ini kecewa karena gereja, jemaat, penatua, atau pendeta, datanglah kepada
Tuhan dan minta pengampunan. Kita telah melakukan kesalahan besar karena kita
berharap manusia mampu melakukan hal yang sempurna seperti yang bisa dilakukan
oleh Tuhan. Minta ampun karena kita telah berharap dan fokus pada perbuatan
manusia. Kita tidak fokus kepada Tuhan. Yang berbuat kekhilafan manusia, malah
Tuhan yang kita salahkan dengan meninggalkan dia, Yeremia 17:5 dengan jelas mengatakan
“Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia....” jika seorang pemilik mobil
mempercayakan mobilnya yang rusak kepada asisten montir atau montir trainee lainya, maka ia harus siap
menerima resiko rasa kecewa dan ketidakpuasan. Demikian pula kita, jika kita
berharap bahwa orang-orang di dalam
gereja bisa melakukan ‘lebih’ buat kita, maka kita keliru. Kita datang ke
gereja untuk menemui Tuhan dan memintanya untuk memperbaiki hidup kita, jemaat
digereja kita , dan juga penatua serta pendeta di tempat kita beribadah. Jika
kita mampu melakukan hal ini, maka kita tidak akan ada lagi sakit hati, kecewa,
atau kepahitan karena sikap jemaat, penatua, atau hamba Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar