Kamis, 14 September 2017

TIDAK ADA MOBIL SEHAT DI BENGKEL


Tidak Ada Mobil Sehat di Bengkel

           Selama beberapa tahun berjemaat disebuah gereja, saya merasa sangat nyaman meskipun saya tahu bahwa tidak ada 20% jemaat di gereja saya tersebut yang tahu nama saya. Bahkan saya bisa menghitung dengan jari siapa saja yang mau mengajak saya bicara. Mungkin jika saya tipe orang ‘Kristen aneh’ maka saya akan pindah dari satu gereja ke gereja lain hingga saya menemukan gereja yang ‘sempurna’ buat saya.
           Seorang teman saya pernah bercerita kepada saya betapa sedihnya dia ketika ia merasa tidak dipedulikan di gereja dimana ia berjemaat. Hanya sekitar lima orang jemaat saja yng mengajaknya bicara, bahkan selama dua tahun berjemaat tidak ada satupun penatua atau pendeta yang mengajaknya ngobrol selain berjabat tangan, mengatakan syallom dan melempar senyuman. Ia terkadang berharap ada pertanyaan dari penatua atau pendeta dimana ia berjemaat, “Gimana pekerjaan kamu?” atau “Apa kabar keluarga kamu?” Tapi ia rasa semua itu nustahil, krena tidak satupun dari penatua atau pendetanya yang mengetahui bahwa ia tidak punya pekerjaan karena perusahaan dimana ia bekerja dulu bangkrut. Mereka juga tidak tahu jika ia tidak memiliki keluarga selain teman dekat yang selalu membantunya.
          SAUDARA, gereja bagaikan bengkel. Di sana kita akan menemukan mobil-mobil rusak yang perlu diperbaiki. Jadi, jangan pernah berharap kita bisa melihat mobil ‘sehat’ atau mobil yang dalam kondisi sempurna di sebuah bengkel. Ada banyak orang yang datang ke gereja karena mereka membutuhkan tangan Tuhan untuk memperbaiki hidup mereka, meskipun ada beberapa orang yang datang hanya sekadar menjalankan rutinitas. Namun, marilah kita melihat sisi positifnya. Jika memang kita datang beribadah dan kelihatannya tidak ada yang memedulikan kita, pikirkanlah bahwa mereka juga butuh dipedulikan. Pandang saja kepada Tuhan dan percayakan segala sesuatu kepada-Nya. Minta dia untuk memperbaiki hidup kita dan hidup jemaat lainnya. Firman Tuhan berkata, jagalahhatimu dengan segala kewaspadaan,karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Jangan terlalu cepat tersinggung dan menilai negatif segala sesuatu.
          Ketika kita datang kepada Tuhan, maka kita sama seperti mobil yang rusak yang hendak masuk bengkel dan mengandalkan keahlian sang montir untuk memperbaiki segala kerusakan yang ada. Jika perlu, sang montir mampu menjadikan mobil itu lebih baik dari yang sebelumnya. Kita dan jemaat lain juga datang kepada Tuhan untuk dibentuk menjadi lebih baik, jadi jangan berharap 100% jika jemaat lain mampu bersikap ‘sempurna’ seperti yang kita mau. Penatua atau pendeta juga demikian. Mereka bukan montir, tetapi asisten montir yang juga sedang belajar. Jadi jangan berharap bahwa sang asisten mampu melakukan pekerjan yang hebat seperti sang montir yang ahli. Penatua dan pendeta juga tidak sempurna.

        SAUDARA, jika ada diantara kita yang saat ini kecewa karena gereja, jemaat, penatua, atau pendeta, datanglah kepada Tuhan dan minta pengampunan. Kita telah melakukan kesalahan besar karena kita berharap manusia mampu melakukan hal yang sempurna seperti yang bisa dilakukan oleh Tuhan. Minta ampun karena kita telah berharap dan fokus pada perbuatan manusia. Kita tidak fokus kepada Tuhan. Yang berbuat kekhilafan manusia, malah Tuhan yang kita salahkan dengan meninggalkan dia, Yeremia 17:5 dengan jelas mengatakan “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia....” jika seorang pemilik mobil mempercayakan mobilnya yang rusak kepada asisten montir atau montir trainee lainya, maka ia harus siap menerima resiko rasa kecewa dan ketidakpuasan. Demikian pula kita, jika kita berharap bahwa orang-orang  di dalam gereja bisa melakukan ‘lebih’ buat kita, maka kita keliru. Kita datang ke gereja untuk menemui Tuhan dan memintanya untuk memperbaiki hidup kita, jemaat digereja kita , dan juga penatua serta pendeta di tempat kita beribadah. Jika kita mampu melakukan hal ini, maka kita tidak akan ada lagi sakit hati, kecewa, atau kepahitan karena sikap jemaat, penatua, atau hamba Tuhan. 

Tidak ada komentar: