FUNGSI MARGA
Sejak dulu Orang Batak telah mempunyai marga. Marga memegang peranan dalam adat istiadat, budaya, pergaulan, dan kehidupan sosial di lingkungan masyarakat Batak, khususnya dalam rangka melaksanakan falsafah Dalihan na Tolu. Selama orang masih mengaku dirinya sebagai "Orang Batak" ia akan tetap memerlukan marganya di dalam penyelenggaraan adat istiadat, budaya, dan tata krama pergaulan di dalam lingkungan dan masyarakat, sekalipun ia hidup di perantauan. Selain itu, marga yang diwarisi secara turun temurun itu dapat berfungsi sebagai family name, yang umumnya pada banyak bangsa di dunia ini diwariskan kepada keturunannya. Jadi, marga itu seperti Lumbantoruan dapat berfungsi sebagai salah satu identitas.
SEJARAH ASAL MARGA SIHOMBING LUMBANTORUAN
Lumbantoruan
merupakan salah satu marga dari suku Batak, diwarisi oleh semua yang keturunan bermarga
Lumbantoruan, baik lelaki maupun wanita dari garis keturunan Bapak (Patrilineal ) secara
turun-temurun. Lumbantoruan yang pertama bergelar "BORSAK
SIRUMONGGUR", merupakan anak kedua dari Sihombing yang mempunyai 4 orang
anak laki-laki dengan urutan sebagai berikut:
1. Silaban
2. Lumbantoruan
3. Nababan
4. Hutasoit
1. Silaban
2. Lumbantoruan
3. Nababan
4. Hutasoit
TEMPAT BERMUKIM MARGA LUMBANTORUAN
Semula,
Sihombing bermukim di Pulau Samosir. Mungkin untuk memperoleh ruang hidup yang
lebih baru dan lebih baik ia bersama keempat anaknya: Silaban, Lumbantoruan, Nababan, dan Hutasoit pindah ke Tipang, seberang
Danau Toba. Tipang terletak di pantai, selatan Danau Toba, pada tanah pesisir
yang sempit, dikelilingi perbukitan yang cukup, tinggi di sebelah selatan,
tidak jauh dari Bakara –tempat pemukiman Raja Sisingamangaraja. Keluarga Sihombing beserta anak-anaknya cepat
berlipat ganda di Tipang, hal yang membuat lahan persawahan dan pertanian yang
terasa kurang. Oleh sebab itu, sebagian keturunan Sihombing bermigrasi ( pindah ) ke dataran
tinggi, atau disebut juga Humbang, Semula, keturunan Lumbantoruan mendirikan
kampung dekat Lintongnihuta, namanya, Sipagabu. Dari Sipagabu inilah secara
bertahap keturunan Lumbantoruan berpencar di daerah Humbang, yaitu:
a. Lintongnihuta dan
sekitarnya
b. Bahalbatu dan sekitarnya
c. Sibaragas dan
sekitarnya
d. Sipultak dan
sekitarnya
e. Butar dan sekitarnya.
Di
tiga daerah pertama bermukim keturunan Hutagurgur Lumbantoruan, anak sulung
Lumbantoruan. Di Butar dan sekitarnya bermukim keturunan Toga Hariara
Lumbantoruan, anak kedua (bungsu) dari Lumbantoruan. Di keempat daerah tersebut
marga Lumbantoruan merupakan mayoritas ketimbang marga-marga yang lain. Selain di empat daerah itu, keturunan
Lumbantoruan juga berbaur dengan marga Silaban, Nababan, dll
Hutasoit di luar Humbang,
persisnya di sekitar Pahae yang berbatasan dengan Angkola. Di Tipang sendiri
sampai sekarang masih tinggal bermukim sekelompok Lumbantoruan keturunan
Mambirjalang, dalam hal ini Pareme dan Nasorasabat. di Sipultak Tapanuli Utara sekarang masih tinggal marga Sihombing Lumbantoruan keturunan ginjang Manubung.
Perlu juga diketahui
tempat pemukiman ketiga marga keturunan Sihombing (Silaban, Nababan, dan
Hutasoit) di Humbang Hasundutan, yaitu:
1. Silaban di
Silabanrura, Butar
2. Nababan di
Nagasaribu, Lumban Tonga-tonga Paniaran, Sipariama, dan Lumban Motung dan
sekitarnya.
3. Hutasoit di
Siborong-borong, Butar, Lintongnihuta, dan sekitarnya.
Untuk
beberapa lama, persawahan dan pertanian di tempat pemukiman Lumbantoruan masih
terasa cukup. Akan tetapi, seiring dengan percepatan pertumbuhan keturunan
Lumbantoruan yang cepat berlipat ganda, persawahan dan pertanian pun semakin
terbatas. Sejak itulah keluarga-keluarga Lumbantoruan bermigrasi ke tempat
lain. Pada masa Perang Kemerdekaan, perpindahan keluarga keluarga Lumbantoruan
makin meningkat ke daerah Sumatera Timur. Secara bertahap hingga sekarang keluarga-keluarga
Lumbantoruan (terlebih generasi mudanya) banyak yang pindah ke tempat lain,
tersebar hingga ke kota-kota besar dan pulau-pulau lainnya. Akibatnya sekarang, banyak kampung di Humbang,
daerah asal Lumbantoruan, mayoritas penduduknya adalah orang-orang yang sudah
tua. Banyak para pemuda meninggalkan kampung halamannya untuk sekolah atau
untuk memperoleh hidup yang lebih baik (bekerja). Di Medan dan Jakarta maupun ditempat lain, mereka
mempunyai Parsadaan (perkumpulan) yang diberi nama Parsadaan Borsak Sirumonggur
Sihombing Lumbantoruan Dohot Boru & Bere (Bosna).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar